Thursday 28 April 2011

Kisah duka seorang puteri....

           
           Puteri Diana dilahirkan dengan nama Diana Frances Spencer, anak bongsu Edward Spencer dari isteri pertamanya Frances Spencer dan dilahirkan pada 1 Julai 1961 di Park House, Sandringham Estate. Beliau dibaptis di gereja St Mary Magdalene di Sandringham, oleh Percy Herbert. Diana mendapatkan pendidikannya di Riddlesworth Hall di Norfolk dan di west Heath Girl's School, di Sevenoaks,Kent.
             Ketika berusia 16 tahun, Diana meninggalkan sekolah West Heath untuk melanjutkan pelajarannya di Institut Alpin Videmanette di Switzerland, sebuah sekolah yang menitikberatkan pendidikan budaya dimana para pelajarnya digalakkan untuk melibatkan diri dengan kegiatan sosial. Walaupun Diana tidak cemerlang dalam pelajarannya tapi beliau merupakan seorang penyanyi amatur yang baik.

            Pada 24 Februari 1981 Lady Di bertunang dengan Putera Charles, dan pada 29 Julai tahun yang sama mereka telah berkahwin di Cathedral St Paul, London, dalam upacara yang sangat meriah. Hidup Lady Di seolah begitu sempurna dan telah menemukan cintanya, apalagi dengan pewaris takhta kerajaan Inggeris. Lady Di melahirkan anak pertama Putera William Arthur Philip Louis, kemudian disusul pula Putera Henry charles Albert David.
Namun selang beberapa tahun kemudian mulai muncul benih-benih keretakan keluarga dengan berpalingnya Charles ke cinta pertamanya, Camilia Parker Bowles. Selain itu Diana menderita bulimia, termasuk lima kali cubaan membunuh diri seperti dalam biografi yang ditulis Andrew Morton.Bukan hanya Charles , tetapi Diana pun terang-terangan mempunyai hubungan sulit. Harapan dan sekaligus "kepercayaan" yang diberikan oleh masyarakat dunia agar pasangan ini bahagia selamanya tidak mampu mereka pertahankan. Setelah diumumkan oleh Perdana Menteri John Major pada 9 Disember 1992 bahawa pasangan itu hidup terpisah, dan akhirnya pada 28 Ogos 1996 keduanya benar-benar berpisah. Kisah bak dongeng yang (diharapkan) serba indah pun berakhir.
            Harian Woman's Day menulis pada edisi 31 Ogos 1997 berjudul Diana Jatuh Cinta, Diana oh Diana...., menceritakan semakin intimnya Lady Di dengan milyader Dodi al-Fayed . Siapa tahu, redaksi harian ini malam harinya harus menyiapkan aneka tulisan untuk disajikan esok harinya, berkaitan meninggalnya Putri Diana dengan kekasihnyanya Dody, pemandu kereta Henri Paul dan bodyguard Al-Fayed Trevor Rees-Jones dalam suatu kemalangan lalu lintas di Paris, (31/8) tengah malam itu? Mereka telah memilih judul berita utama Putri Diana Mati Disaat Menemukan Cinta Sejati, kerana ternyata sepanjang perkawinan dengan Charles berdasarkan pengakuannya di biografi ataupun wawancara dengan media, dia tidak pernah merasakan indahnya cinta sejati. Dengan caranya sendiri dia mencuba menemukan cinta sejati itu. Namun takdir menentukan lain. Tiada hal yang pasti di dunia ini, kecuali kematian, dan Diana telah membuktikan hal itu. Dunia terkejut dan bersedih. England terkejut dan "marah". Namun Diana telah pergi dan tidak akan kembali. Tidak akan ada lagi senyum menawan wanita pemalu yang menyayangi kanak-kanak dan antara lain aktif dalam kempen di seluruh dunia, mencintai muzik klasik dan balet, serta pemain ski ulung dan jaguh renang.
            Menjadi seorang public figure, apalagi seorang wanita cantik yang pada waktu itu menjadi isteri seorang calon pewaris tahta kerajaan, memang tidak mudah bagi Lady Di. Di mana saja dia berada, sorotan kamera televisyen, kilatan blitz foto, dan coretan pena di atas buku nota, sentiasa mengiringi. Seolah apa saja yang dia lakukan, apalagi setelah mulai melakukan affair, menarik dijadikan berita. Belum lagi, dengan kehadiran paparazzi yang selalu membuntuti orang - orang penting dan kaya untuk difoto paling eksklusif dengan imbalan tinggi dari media yang bersedia membelinya.dan ini yang tentunya lebih banyak dan lebih memeningkan.
            The Sun, The Mirror, dan Daily Mail, adalah tiga tabloid di Inggeris yang membayar paling tinggi foto-foto eksklusif kiriman paparazzi. Salah satu penyebab kecelakaan maut Diana dan Dodi itu adalah akibat paparazzi yang bertindak berlebihan dan pantang menyerah kerana mengejar bayaran tinggi. Tapi masyarakat dunia tidak dapat menyalahkan sepenuhnya pada paparazzi maupun media yang terus memberitakan perkembangan kisah Lady Di kerana mereka memang tertarik menikmati perkembangan berita terbaru cerita puteri itu.
            Kesan hebat dan duka dunia atas meninggalnya Lady Di, menunjukkan bahawa wanita itu memang memiliki karisma luar biasa. Komitmennya terhadap kemanusiaan, dan perjuangannya mewujudkan keluarga yang bahagia, memberikan inspirasi dan semangat bagi kaum wanita dunia untuk tidak mengenal lelah melakukan hal yang sama. Menjadi isteri, ibu, dan sekaligus public figure yang baik dan sempurna memang tidak mudah dilakukan oleh setiap orang. Namun seorang Lady Di telah berjuang keras meraihnya (meski gagal) di antara goncangan hebat kehidupan peribadinya. Bukan hasil yang dipentingkan di sini, tetapi proses untuk mewujudkannya.




P/s : Terjemahan... harap maaf ayat tunggang langgang....hehehe....

1 comment:

Anonymous said...

wahhhhh.....nk jd penulis plak...hihihihihi

Post a Comment